Jumat, 15 Juni 2012 18:00 WIB
Modif Yamaha Vega, 2005 (Jogjakarta)
Racikan
dapur pacu road race menyenggol arena drag bike. Seperti Yamaha Vega
pacuan Hendra Kecil dan Dwi Batang yang turun di kelas Bebek Tune Up 130
cc. Motor dari tim MBKW2 Jogja ini mengadopsi setingan dan teknologi
balap road race.
Mekanik yang ada di belakang layar ini Haris ‘Mlentis’ Sakti. Doi mekanik muda yang biasa menangani besutan balap road race tim papan atas. “Memang ubahan motor basisnya dari road race. Juga aplikasi beberapa part yang biasa dipakai road race,” lanjut mekanik asal Jogja ini.
Ramuan setingnya mengadopsi rumus yang biasa dipake Jupiter-Z di IndoPrix atau MotoPrix kelas 125 cc dengan kapasitas mesin menyentuh 130 cc. “Memang hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaannya ada di rasio meyesuaikan trek yang hanya lurus saja,” buka Mletis.
Untuk gigi I, di patok 14/34 mata. Gigi II 16/28 mata. Gigi III, tetap pakai standar Jupiter, yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV pilih kombinasi 23/26 agar napas bisa panjang. “Perbandingan gigi rasio dibuat lebih berat untuk mencegah power liar ketika start,” lanjutnya.
Untuk racikan dapur pacu mengandalkan piston spek racing
berlabel Daytona dengan diameter 55,25 mm, sedangkan stroke 54 mm. Saat
diukur isi silinder keseluruhan menjadi 129, 1 cc. Setelah kepala
silinder dipapas hanya 0,7 mm alhasil kompresinya ketika diukur menjadi
13,8 : 1.
Buat meringankan putaran bawah, bobot magnet dipangkas menjadi 500 gram. Balancernya juga dibikin sama beratnya. Sebagai pamungkas, buat ngejar putaran atas Mlentis mengandalkan klep bawaan Honda Sonic. Untuk klep in dipatok 28 mm sedangkan klep out 24 mm.
Untuk suplai bahan bakar dipercaya Keihin PWK 28 mm yang banyak diaplikasi komunitas drag dengan main-jet 118 dan pilot-jet 65 lantaran suhu sedikit panas. Pada trek yang sedikit menurun ini mengandalkan final gear 14/34 biar lebih enteng.
Agar pembalap lebih nyaman saat buka gas dan ban belakang
enggak goyang Inul, motor ini sudah dilengkapi sok belakang YSS tipe
doubel klik model gas. Suspensi model ini jadi andalan pembalap turun
dia ajang road race, harganya juga lumayan mahal ini bisa tembus sampai
Rp 14 jutaan.
Tapi, harga enggak bohong. Sok ini mampu meredam liarnya tenaga motor. “Kalau pakai suspensi biasa ban belakang maunya goyang-goyang, kalau pakai sok ini jadi anteng,” tutup Hendra Kecil, salah satu jokinya. (motorplus-online.com)
Mekanik yang ada di belakang layar ini Haris ‘Mlentis’ Sakti. Doi mekanik muda yang biasa menangani besutan balap road race tim papan atas. “Memang ubahan motor basisnya dari road race. Juga aplikasi beberapa part yang biasa dipakai road race,” lanjut mekanik asal Jogja ini.
Ramuan setingnya mengadopsi rumus yang biasa dipake Jupiter-Z di IndoPrix atau MotoPrix kelas 125 cc dengan kapasitas mesin menyentuh 130 cc. “Memang hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaannya ada di rasio meyesuaikan trek yang hanya lurus saja,” buka Mletis.
Untuk gigi I, di patok 14/34 mata. Gigi II 16/28 mata. Gigi III, tetap pakai standar Jupiter, yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV pilih kombinasi 23/26 agar napas bisa panjang. “Perbandingan gigi rasio dibuat lebih berat untuk mencegah power liar ketika start,” lanjutnya.
Buat meringankan putaran bawah, bobot magnet dipangkas menjadi 500 gram. Balancernya juga dibikin sama beratnya. Sebagai pamungkas, buat ngejar putaran atas Mlentis mengandalkan klep bawaan Honda Sonic. Untuk klep in dipatok 28 mm sedangkan klep out 24 mm.
Untuk suplai bahan bakar dipercaya Keihin PWK 28 mm yang banyak diaplikasi komunitas drag dengan main-jet 118 dan pilot-jet 65 lantaran suhu sedikit panas. Pada trek yang sedikit menurun ini mengandalkan final gear 14/34 biar lebih enteng.
Tapi, harga enggak bohong. Sok ini mampu meredam liarnya tenaga motor. “Kalau pakai suspensi biasa ban belakang maunya goyang-goyang, kalau pakai sok ini jadi anteng,” tutup Hendra Kecil, salah satu jokinya. (motorplus-online.com)
Penulis : Belo | Teks Editor : KR15 | Foto : Belo