ardiansyahardian.blogspot.com
fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia| fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|

ENTREPRENEUR

Pembangunan Bangsa Berbasis Entrepreneurship

Selasa, 10 Januari 2012 10:33 wib
 0  17 0
Ilustrasi. Foto: Corbis
Ilustrasi. Foto: Corbis
Untuk mendorong pembangunan ekonomi perlu ditumbuhkembangkan peran para entrepreneur, para wirausaha.

Kita memerlukan dunia usaha yang dinamis, bergairah, dengan pelaku usaha yang kreatif, inovatif, dan berpikir jauh ke depan. Raymond Kao, seorang ahli kewirausahaan, berkata, "It may take a revolution to gain a political freedom, but it only need entrepreneurial spirit to gain economic freedom."

Dalam mencapai kemerdekaan politik yang dibutuhkan adalah revolusi, namun untuk mencapai kemerdekaan ekonomi hanya diperlukan semangat kewirausahaan untuk merancang dan menciptakan suatu gagasan menjadi realita. Sebenarnya spirit kewirausahaan memiliki cakupan yang luas.

Spirit tersebut tidak hanya terbatas pada dunia ekonomi, melainkan dapat diterjemahkan pada dunia sosial, politik, dan birokrasi. Kewirausahaan sosial adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mengubah diri sendiri baik dari segi ekonomi maupun dalam kehidupan sosial.

Kewirausahaan politik adalah bagaimana membuat kehidupan politik berjalan fair, transparan, dan memberikan dampak bagi kesejahteraan rakyat. Adapun kewirausahaan birokrasi adalah upaya menjadikan birokrasi berfungsi sebagai pelayan publik yang ideal.

Artinya, semangat kewirausahaan adalah spirit atau jiwa untuk mengubah keadaan yang timbul dari keyakinan bahwa kita tidak boleh melihat segala sesuatu secara statis, apa adanya. Kita memerlukan paradigma pemikiran yang out of the box.

Pemikiran-pemikiran kewirusahaan akan mendorong pada pengembangan intelektual, inovasi dan kreativitas, perubahan pola pikir, keberanian melakukan langkah terobosan, ketepatan dalam mengambil langkah-langkah strategis, serta pantang menyerah menghadapi tantangan.

Dalam konteks pembangunan bangsa, tujuan utama didorongnya semangat kewirausahaan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya berkeyakinan pendekatan kewirausahaan inilah yang merupakan salah satu jalan alternatif untuk keluar dari berbagai tantangan yang kita hadapi, baik di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun sosial.

Mengutip pendapat ahli manajemen Peter Drucker, "There are no underdeveloped countries, only undermanaged ones," Jelas bahwa tidak satu pun negara yang terbelakang, yang ada hanyalah salah kelola dan salah urus.

Artinya, yang kita perlukan di sini adalah perubahan paradigma para aktor dalam mengelola negara.Dalam hal inilah pendekatan kewirausahaan menjadi sangat relevan. Jiwa kewirausahaan dibutuhkan karena sumber kemakmuran suatu negara tidak lagi terletak pada kekayaan sumber daya alam yang melimpah, melainkan terletak pada brain (kecerdasan), dream (mimpi), spirit, dan confidence (rasa percaya diri).

Kemakmuran tergantung pada kekuatan sumber daya manusia. Ini yang dibuktikan oleh siswa SMK di Solo yang berhasil merakit mobil buatan dalam negeri, Esemka. Jelas ini terobosan besar hasil dari jiwa-jiwa kewirausahaan muda yang mulai muncul dan berkembang.

Mendorong Kewirausahaan Ekonomi

Salah satu pokok persoalan yang selama ini sering mengemuka adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tentu solusinya bukan sekadar menyiapkan fundamen makroekonomi yang kuat, iklim investasi yang kondusif, melainkan juga perlu adanya program untuk mendorong banyak pengusaha di sektor riil dan nonformal.

Kita memerlukan para pengusaha agar ekonomi bisa bergerak, lapangan pekerjaan semakin terbuka, dan tentu saja dampaknya mengurangi pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Mari kita lihat ekonomi negara-negara maju. Industrialisasi dan modernisasi di Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) selalu dimulai dari munculnya pengusaha-pengusaha atau kelas menengah.

Memang saat ini kelas menengah ekonomi sedang tumbuh di Indonesia. Laporan majalah Globe edisi Desember 2011 memberitakan kemunculan fenomena baru, yaitu menguatnya posisi dan peran pengusaha.

Menurut rilis majalah tersebut, mayoritas orang paling berpengaruh di Indonesia saat ini adalah entrepreneur. Entah mereka yang menjadi pengusaha, elite politik yang berlatar belakang pengusaha, atau pemimpin politik yang tumbuh dari seorang pengusaha.

Fenomena ini muncul beriringan dengan semakin berkembangnya sistem demokrasi. Karena demokrasi tidak hanya mendorong keterbukaan partisipasi politik, melainkan juga keterbukaan akses ekonomi dan mendorong persaingan atau kompetisi secara sehat. Bahkan aktor-aktor penting yang menentukan dinamika politik saat ini berasal dari kelompok pengusaha.

Hal inilah yang membuat peran sosial politik tidak lagi didominasi hanya oleh golongan militer, teknokrat, atau birokrat; tetapi mulai bergeser ke pengusaha. Data majalah Forbes sejak 1998 sampai 2011 menunjukkan dua fenomena menarik yang terjadi di era pascareformasi.

Pertama, pergerakan peringkat orang terkaya di Indonesia berjalan jauh lebih dinamis daripada pada masa Orde Baru. Beberapa orang-orang kaya muncul di masa reformasi bukan oleh proteksi pemerintah, tetapi oleh jiwa kewirausahaan yang kuat.

Kedua, pengusaha-pengusaha yang masuk dalam top 40 Forbes tersebut ternyata makin berperan dalam menentukan kebijakan publik di Indonesia. Mereka makin kuat posisinya dalam sistem politik Indonesia.

Gejala ini memperlihatkan bahwa pendekatan kewirausahaan ekonomi tidak hanya berdampak secara ekonomi melainkan juga berdampak secara politik. Barangkali di sini lah betapa pentingnya kita harus merangsang dunia kewirausahaan agar tumbuh lebih menggeliat lagi.

Memang kalau kita amati kondisi saat ini Indonesia hanya mempunyai wirausaha dengan jumlah sekitar 400 ribu orang atau kurang dari 0,2 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Idealnya untuk menjadi sebuah negara maju maka minimal harus mempunyai entrepreneur sejumlah dua persen dari seluruh penduduk.

Saya percaya bahwa nasib suatu bangsa ditentukan oleh warganya sendiri. Meskipun kita berada di era globalisasi, tapi nasib bangsa ini tidak bisa diserahkan pada bangsa lain.

Di titik inilah pendekatan pembangunan bangsa berbasis kewirausahaan menjadi suatu bentuk pendekatan alternatif yang tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, melainkan di seluruh sektor kehidupan.

IRMAN GUSMAN
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)
(Koran SI/Koran SI/ade) http://www.okezone.com/









Pembangunan Bangsa Berbasis Entrepreneurship

Selasa, 10 Januari 2012 10:33 wib
 0  17 0
Ilustrasi. Foto: Corbis
Ilustrasi. Foto: Corbis
Untuk mendorong pembangunan ekonomi perlu ditumbuhkembangkan peran para entrepreneur, para wirausaha.

Kita memerlukan dunia usaha yang dinamis, bergairah, dengan pelaku usaha yang kreatif, inovatif, dan berpikir jauh ke depan. Raymond Kao, seorang ahli kewirausahaan, berkata, "It may take a revolution to gain a political freedom, but it only need entrepreneurial spirit to gain economic freedom."

Dalam mencapai kemerdekaan politik yang dibutuhkan adalah revolusi, namun untuk mencapai kemerdekaan ekonomi hanya diperlukan semangat kewirausahaan untuk merancang dan menciptakan suatu gagasan menjadi realita. Sebenarnya spirit kewirausahaan memiliki cakupan yang luas.

Spirit tersebut tidak hanya terbatas pada dunia ekonomi, melainkan dapat diterjemahkan pada dunia sosial, politik, dan birokrasi. Kewirausahaan sosial adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mengubah diri sendiri baik dari segi ekonomi maupun dalam kehidupan sosial.

Kewirausahaan politik adalah bagaimana membuat kehidupan politik berjalan fair, transparan, dan memberikan dampak bagi kesejahteraan rakyat. Adapun kewirausahaan birokrasi adalah upaya menjadikan birokrasi berfungsi sebagai pelayan publik yang ideal.

Artinya, semangat kewirausahaan adalah spirit atau jiwa untuk mengubah keadaan yang timbul dari keyakinan bahwa kita tidak boleh melihat segala sesuatu secara statis, apa adanya. Kita memerlukan paradigma pemikiran yang out of the box.

Pemikiran-pemikiran kewirusahaan akan mendorong pada pengembangan intelektual, inovasi dan kreativitas, perubahan pola pikir, keberanian melakukan langkah terobosan, ketepatan dalam mengambil langkah-langkah strategis, serta pantang menyerah menghadapi tantangan.

Dalam konteks pembangunan bangsa, tujuan utama didorongnya semangat kewirausahaan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya berkeyakinan pendekatan kewirausahaan inilah yang merupakan salah satu jalan alternatif untuk keluar dari berbagai tantangan yang kita hadapi, baik di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun sosial.

Mengutip pendapat ahli manajemen Peter Drucker, "There are no underdeveloped countries, only undermanaged ones," Jelas bahwa tidak satu pun negara yang terbelakang, yang ada hanyalah salah kelola dan salah urus.

Artinya, yang kita perlukan di sini adalah perubahan paradigma para aktor dalam mengelola negara.Dalam hal inilah pendekatan kewirausahaan menjadi sangat relevan. Jiwa kewirausahaan dibutuhkan karena sumber kemakmuran suatu negara tidak lagi terletak pada kekayaan sumber daya alam yang melimpah, melainkan terletak pada brain (kecerdasan), dream (mimpi), spirit, dan confidence (rasa percaya diri).

Kemakmuran tergantung pada kekuatan sumber daya manusia. Ini yang dibuktikan oleh siswa SMK di Solo yang berhasil merakit mobil buatan dalam negeri, Esemka. Jelas ini terobosan besar hasil dari jiwa-jiwa kewirausahaan muda yang mulai muncul dan berkembang.

Mendorong Kewirausahaan Ekonomi

Salah satu pokok persoalan yang selama ini sering mengemuka adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tentu solusinya bukan sekadar menyiapkan fundamen makroekonomi yang kuat, iklim investasi yang kondusif, melainkan juga perlu adanya program untuk mendorong banyak pengusaha di sektor riil dan nonformal.

Kita memerlukan para pengusaha agar ekonomi bisa bergerak, lapangan pekerjaan semakin terbuka, dan tentu saja dampaknya mengurangi pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Mari kita lihat ekonomi negara-negara maju. Industrialisasi dan modernisasi di Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) selalu dimulai dari munculnya pengusaha-pengusaha atau kelas menengah.

Memang saat ini kelas menengah ekonomi sedang tumbuh di Indonesia. Laporan majalah Globe edisi Desember 2011 memberitakan kemunculan fenomena baru, yaitu menguatnya posisi dan peran pengusaha.

Menurut rilis majalah tersebut, mayoritas orang paling berpengaruh di Indonesia saat ini adalah entrepreneur. Entah mereka yang menjadi pengusaha, elite politik yang berlatar belakang pengusaha, atau pemimpin politik yang tumbuh dari seorang pengusaha.

Fenomena ini muncul beriringan dengan semakin berkembangnya sistem demokrasi. Karena demokrasi tidak hanya mendorong keterbukaan partisipasi politik, melainkan juga keterbukaan akses ekonomi dan mendorong persaingan atau kompetisi secara sehat. Bahkan aktor-aktor penting yang menentukan dinamika politik saat ini berasal dari kelompok pengusaha.

Hal inilah yang membuat peran sosial politik tidak lagi didominasi hanya oleh golongan militer, teknokrat, atau birokrat; tetapi mulai bergeser ke pengusaha. Data majalah Forbes sejak 1998 sampai 2011 menunjukkan dua fenomena menarik yang terjadi di era pascareformasi.

Pertama, pergerakan peringkat orang terkaya di Indonesia berjalan jauh lebih dinamis daripada pada masa Orde Baru. Beberapa orang-orang kaya muncul di masa reformasi bukan oleh proteksi pemerintah, tetapi oleh jiwa kewirausahaan yang kuat.

Kedua, pengusaha-pengusaha yang masuk dalam top 40 Forbes tersebut ternyata makin berperan dalam menentukan kebijakan publik di Indonesia. Mereka makin kuat posisinya dalam sistem politik Indonesia.

Gejala ini memperlihatkan bahwa pendekatan kewirausahaan ekonomi tidak hanya berdampak secara ekonomi melainkan juga berdampak secara politik. Barangkali di sini lah betapa pentingnya kita harus merangsang dunia kewirausahaan agar tumbuh lebih menggeliat lagi.

Memang kalau kita amati kondisi saat ini Indonesia hanya mempunyai wirausaha dengan jumlah sekitar 400 ribu orang atau kurang dari 0,2 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia. Idealnya untuk menjadi sebuah negara maju maka minimal harus mempunyai entrepreneur sejumlah dua persen dari seluruh penduduk.

Saya percaya bahwa nasib suatu bangsa ditentukan oleh warganya sendiri. Meskipun kita berada di era globalisasi, tapi nasib bangsa ini tidak bisa diserahkan pada bangsa lain.

Di titik inilah pendekatan pembangunan bangsa berbasis kewirausahaan menjadi suatu bentuk pendekatan alternatif yang tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, melainkan di seluruh sektor kehidupan.

IRMAN GUSMAN
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)
(Koran SI/Koran SI/ade) http://www.okezone.com/