Rabu, 30 Mei 2012 17:23 WIB
Tips Mesin
Dulu dianjurkan pake oli mesin. Sekarang sudah ada pelumas khusus girboks
Oli
atau pelumas di motor matic, tidak hanya untuk mesin. Tapi, pelumas
juga dibutuhkan buat girboks. Oli girboks dimasukkan terpisah dan
lubangnya di belakang CVT.
Ini yang membuat pabrikan motor atau ATPM bisa meluncurkan oli khusus. Tidak hanya menjual oli mesin, tapi juga oli girboks. Membuat konsumen juga kudu merogoh kocek tambahan karena harus beli pelumas girboks.
Karena begitu, beberapa pengguna motor matic banyak yang bertanya. Apakah bisa oli girboks diganti dengan oli mesin? Jadi, kalau beli satu liter, 800 ml untuk oli mesin dan sisanya bisa dipakai untuk girboks.
Bahkan masih sisa 100 ml. Karena oli girboks matic rata-rata penggantian hanya butuh 100 ml. Jadi, sisanya masih bisa dipakai 2 kali. Cukup menghemat bagi kantong biker.
Bayangkan jika harus beli oli girboks matic. Butuh biaya Rp 10 sampai 15 ribu satu botolnya. Kalau dikalikan 2 kali bisa hitung sendiri kan?
Kembali lagi soal pertanyaan, boleh tidak sih menggunakan oli mesin untuk girboks? Ini jadi dilema karena di kemasan masing-masing oli girboks yang dijual tidak mencantumkan spek teknis yang jelas. Seperti kekentalan atau biasa disebut SAE.
Kalau menjawab pertanyaan itu bisa kita kilas balik. Pertama kali Yamaha meluncurkan Yamaha Nouvo, oli girboks memang belum dijual. Pihak pabrikan ketika itu merekomendasi menggunakan oli mesin.
Ketika itu memang terlihat simpel. Supaya pemakai motor yang rata-rata menggunakan bebek mau beralih ke matic. Buat merayu biker supaya menganggap matic perawatannya ringan juga murah. Tidak perlu beli pelumas tambahan.
Soal pernyataan simpel ini beberapa kru redaksi pernah ikut pelatihan di salah satu pabrikan pada tahun 2003 atau 2004. Khusus belajar mesin motor matic. Instrukturnya mengatakan, kalau oli girboks bisa pakai oli mesin.
Nah, dari situ bisa dicermati. Secara spek, ketika itu motor-motor lokal masih menggunakan pelumas yang kental. Pabrikan merekomendasikan oli mesin pakai SAE 20W40. Atau ada juga yang SAE 20W50.
Jadi, kalau sekarang mau menggunakan oli mesin untuk oli girboks harus hati-hati. Karena oli motor matic sekarang ada yang punya kekentalan 10W-30. Sedangkan oli girboks harus kental. Selain bisa meredam suara juga gesekkan.
Penggunaan oli mesin untuk girboks bisa masuk akal sih kalau diperbolehkan. Apalagi jika dilihat secara sepintas, kerja girboks lebih ringan dibanding oli mesin.
Sedangkan putaran mesin cukup tinggi. Kerja pelumas cukup berat. Apalagi dibarengi kompresi dan panas pembakaran. Jika dianggap oli mesin kalau darurat bisa dipakai di girboks. Tapi, ingat ya pakai yang kental SAE-nya
OLI GIRBOKS MOBIL
Oli girboks mobil dulu, kekentalannya antara SAE 90 atau bahkan SAE 120. Zaman doeloe, girboks mobil memang masih kasar-kasar alias belum presisi. Sehingga butuh pelumas kental supaya tidak berisik. Namun sekarang di mobil baru kekentalannya SAE 75.
Oli girboks mobil matic beda lagi. Sangat encer seperti oli power steering. Karena encer, tidak direkomendasi di girboks motor matic. Meski antara mobil dan motor menggunakan istilah matic, tapi olinya beda. Ingat ya. (motorplus-online.com)
Ini yang membuat pabrikan motor atau ATPM bisa meluncurkan oli khusus. Tidak hanya menjual oli mesin, tapi juga oli girboks. Membuat konsumen juga kudu merogoh kocek tambahan karena harus beli pelumas girboks.
Karena begitu, beberapa pengguna motor matic banyak yang bertanya. Apakah bisa oli girboks diganti dengan oli mesin? Jadi, kalau beli satu liter, 800 ml untuk oli mesin dan sisanya bisa dipakai untuk girboks.
Bahkan masih sisa 100 ml. Karena oli girboks matic rata-rata penggantian hanya butuh 100 ml. Jadi, sisanya masih bisa dipakai 2 kali. Cukup menghemat bagi kantong biker.
Bayangkan jika harus beli oli girboks matic. Butuh biaya Rp 10 sampai 15 ribu satu botolnya. Kalau dikalikan 2 kali bisa hitung sendiri kan?
Kembali lagi soal pertanyaan, boleh tidak sih menggunakan oli mesin untuk girboks? Ini jadi dilema karena di kemasan masing-masing oli girboks yang dijual tidak mencantumkan spek teknis yang jelas. Seperti kekentalan atau biasa disebut SAE.
Kalau menjawab pertanyaan itu bisa kita kilas balik. Pertama kali Yamaha meluncurkan Yamaha Nouvo, oli girboks memang belum dijual. Pihak pabrikan ketika itu merekomendasi menggunakan oli mesin.
Ketika itu memang terlihat simpel. Supaya pemakai motor yang rata-rata menggunakan bebek mau beralih ke matic. Buat merayu biker supaya menganggap matic perawatannya ringan juga murah. Tidak perlu beli pelumas tambahan.
Soal pernyataan simpel ini beberapa kru redaksi pernah ikut pelatihan di salah satu pabrikan pada tahun 2003 atau 2004. Khusus belajar mesin motor matic. Instrukturnya mengatakan, kalau oli girboks bisa pakai oli mesin.
Nah, dari situ bisa dicermati. Secara spek, ketika itu motor-motor lokal masih menggunakan pelumas yang kental. Pabrikan merekomendasikan oli mesin pakai SAE 20W40. Atau ada juga yang SAE 20W50.
Jadi, kalau sekarang mau menggunakan oli mesin untuk oli girboks harus hati-hati. Karena oli motor matic sekarang ada yang punya kekentalan 10W-30. Sedangkan oli girboks harus kental. Selain bisa meredam suara juga gesekkan.
Penggunaan oli mesin untuk girboks bisa masuk akal sih kalau diperbolehkan. Apalagi jika dilihat secara sepintas, kerja girboks lebih ringan dibanding oli mesin.
Sedangkan putaran mesin cukup tinggi. Kerja pelumas cukup berat. Apalagi dibarengi kompresi dan panas pembakaran. Jika dianggap oli mesin kalau darurat bisa dipakai di girboks. Tapi, ingat ya pakai yang kental SAE-nya
OLI GIRBOKS MOBIL
Oli girboks mobil dulu, kekentalannya antara SAE 90 atau bahkan SAE 120. Zaman doeloe, girboks mobil memang masih kasar-kasar alias belum presisi. Sehingga butuh pelumas kental supaya tidak berisik. Namun sekarang di mobil baru kekentalannya SAE 75.
Oli girboks mobil matic beda lagi. Sangat encer seperti oli power steering. Karena encer, tidak direkomendasi di girboks motor matic. Meski antara mobil dan motor menggunakan istilah matic, tapi olinya beda. Ingat ya. (motorplus-online.com)
Penulis : Aong | Teks Editor : KR15 | Foto : Dok. Motor Plus