Air
sungai yang hitam terlihat mengental dalam adonan limbah industri dan
juga sampah. Menebar aroma bau busuk yang begitu menyengat, seperti ada
ribuan bangkai tertimbun di sana. Mengalir perlahan dalam beban dan
renta menuju muara. Dalam riwayatnya menyimpan banyak kisah, tentang
sejarah kehidupan yang dia lewati. Tentang manusia-manusia yang hidup
bersamanya.
Dahulu dalam ceritanya, dia mengalir dalam jernih yang menyegarkan dan indah dalam pandangan mata. Ikan-ikan dapat jelas terlihat berenang dengan riang, dalam kehidupan yang menjamin kelangsungan hidup mereka. Begitu juga dengan manusia, yang selalu senang bercengkrama dengan alirannya. Mandi, berenang, mencuci dan juga membuang hajat. Sebagian dari mereka ada senang duduk-duduk sambil memandang laju alirannya menuju muara, dalam terik matahari mengharap sejuk dan teduh.
Serombongan bocah dengan riang gembira, berlarian silih berganti melompat dari ketinggian untuk kemudian mejatuhkan diri, lalu berenang sambil tertawa riang. Bercanda dan berlomba satu sama lain. Mengisi kehidupan dengan gelak tawa dan canda. Bahkan sesekali kerbau para petani ikut bergabung bersama mereka. Membersihkan tubuhnya yang penuh dengan lumpur, melepas penat dan lelah tubuhnya setelah bekerja membajak sawah.
Tapi kehidupan perlahan mulai berubah, dimana dalam alirannya selalu saja bercampur darah anak negeri yang mati terbunuh oleh para penjajah. Tubuhnya hanyut mengikuti laju alirannya. Kehidupan seketika menjadi sepi. Tidak lagi terlihat manusia yang mandi, berenang dan mencuci dengan riang atau duduk di tepian menikmati indahnya alirannya. Orang-orang melakukan rutinitas mereka di sungai dalam ketakutan. Semua itu terlihat dari wajah mereka, seolah kematian begitu dekat mereka rasa.
Waktu terus berjalan, kehidupan mulai mengalami banyak perubahan. Dan kini, limbah industri menjadi bagian yang dari mereka. limbah-limbah kotor yang tidak lagi mengalami penyaringan untuk menghilang zat-zat kimia yang akan merusak kehidupan mahluk-mahluk penghuni sungai. Di tambah lagi, sampah-sampah yang selalu dibuang sesuka hati.
Kini warnanya menjadi hitam dan kental, lagi berbau busuk. Tidak satupun manusia yang akan sudi menceburkan diri untuk berenang dan mandi. Atau sekedar duduk-duduk di tepian menikmati sejuknya angin yang berhembus. Tidak ada yang sudi mendekat kepadanya. Setiap saat orang-orang melewatinya, hidung mereka selalu ditutup menghindari bau busuk yang menguap ke udara.
Dan apabila ada seseorang yang mendekati sungai itu, mereka selalu dalam keadaan yang setengah ketakutan. Menoleh ke kanan dan kiri, seperti memastikan keadaan sekitarnya aman, tidak ada seorang pun yang melihat dirinya. Dan masih dalam posisi bersembunyi di balik pohon tua yang berada di tepi sungai itu. Dia pun melempar satu buah bungkusan plastik hitam ketengah laju alirannya. Lalu bungkusan yang berisi Bayi-bayi tak berdosa itu perlahan tenggelam dan hilang sama sekali.
Dan tak jarang pula, potongan tubuh manusia yang utuh ataupun terpisah-pisah, mereka lempar kedalam aliran sungai itu. Tempat yang aman untuk menghilangkan jejak perbuatan mereka itu. Dan semua berlangsung terus menerus hingga kini.