Sesungguhnya
aku tengah melangkahkan kaki ini mendekati pintu neraka, ketika menatap
dirimu yang tengah tertunduk malu-malu, dan segenap perasaanku campur
aduk. Ada rasa yang aku miliki, ingin menatap dirimu berlama-lama dalam
kerinduan. Hingga tanpa sadar, mata ini telah menelanjangi dirimu yang
telah sempurna mempercantik diri dalam busana yang sedikit melaburkan
imajinasi ke segala arah.
Ada
rasa yang seolah-olah mendorong diri untuk berbuat lebih dari sekedar
menatap dirimu. Sungguh, hasrat diri atas cinta ini tidak bisa
kumengerti apa inginnya atas pertemuan kita. Kemudian mencoba melepas
pada pelukan erat yang begitu erat, tak ingin rasanya jauh-jauh lagi
darimu. Tapi bau harum tubuhmu, semerbak wangi rambutmu.. menggiring
langkah kaki tanpa aku sadari, yang kini telah berada di depan pintu
neraka.
Mata
kita bertemu pandang, seiring degub jantung yang semakin tidak
beraturan. Dorongan hasrat yang tak tertahan mengarahkan wajah kita
semakin mendekat satu sama lain. Bibir kita menyatu, sedikit mengecup
untuk kemudian melumat. Dan tanganku terasa gemetar dalam bimbang
memegang anak kunci pintu neraka. Ragu dan tidak tahu apa yang harus aku
perbuat. Hingga nafas kita semakin memburu penuh hasrat birahi. Dan
kunci itu tepat pada pada lubangnya, kuputar dan.., Klek! Hilanglah
sudah semua kesucian yang selama ini kita jaga.
Aku
tarik wajahmu lebih mendekat agar aku semakin dalam melumat bibir
manismu itu dengan lidah yang menari-nari. Kaupun tidak menolak, malah
melakukan hal yang sama. Kita begitu menikmat getar-getar nikmat
persetubuhan bibir itu, hingga desahan semakin berpacu. Pintu neraka
kubuka perlahan, Gelap... Dan tanganku sibuk membuka satu persatu
kancing baju dan celana kita. Lalu melepasnya, melempar asal tanpa
kuperdulikan kemana jatuhnya baju, celana dan semua pakaian dalam yang
tadi kita kenakan.
Meragu
langkah kaki ini saat memasuki Neraka yang gelap. Hanya terlihat
kobaran api yang menyala-nyala dari kejauhan. Aku merebahkan tubuhmu
yang kini polos tanpa busana. Tatap mata kita berubah sayu menahan
birahi yang melonjak-lonjak kegirangan. Lalu ciumanku mulai berlari
menyusuri setiap bagian tubuhmu yang mampu menghadirkan nikmat-nikmat
dunia itu.
Panas
kurasakan ketika memasuki neraka yang menyala-nyala itu, suara teriakan
dan rintih kesakitan menggema ke segala arah. Tubuh sedikit gemetar
antara takut dan ingin kembali. Tapi tubuh kita telah basah oleh
keringat dan dengus nafas birahi. Kau mengerang, merintih, bergelinjang
menikmati setiap sentuhan dan kecupan itu.Tubuhku sendiri gemetar ketika
mencoba bertahan dalam keinginan yang sebenarnya tak tertahan. Aku
miliki sepenuhnya dirimu kini, sebagaimana kamu telah memiliki diriku
untuk mendekati dan memasuki pintu neraka itu.
Kini
kita tidak sanggup lagi bertahan, keinginan terbesar untuk segera
sampai pada puncak tertinggi kenikmatan birahi ini. Aku memasuki dirimu
perlahan, kau merintih dalam kesakitan, ku lumat lagi bibirmu sekedar
mengusir sakit demi nikmat berlebih yang akan kamu rasakan.
“Aaaaghh..!!”
tubuhku tersungkur dalam lubang hitam yang menurun. Jatuh pada
kegelapan yang benar-benar gelap. Teriakan itu bukan sekedar teriakan
kesakitan, namun menjelma dalam jerit kesakitan dan juga ketakutan. Aku
merasa ngeri mendengar semua itu.
Kita
merintih setiap saat aku memasuki dirimu dengan pelan, nikmat menjalar
keseluruh tubuh hingga sampai ujung kepalaku. Aah…! Pelukan tubuhmu
semakin erat kita aku semakin mempercepat memacu hasrat agar segera
sampai. Rintihan-rintihanmu semakin memacu diri untuk bisa
mempersembahkan kenikmatan terbaik dalam hidupmu. Kita harus sampai
bersamaan, sayang…
“Tolooooong…!
Tolooooong…!’ ketakutan mulai menghinggapi diriku yang jatuh dalam
lubang yang begitu dalam lagi gelap. Sepertinya sudah terlambat. Kini
bukan hanya jeritan kesakitan yang aku dengar, tapi juga caci maki dan
kemarahan para malaikat penjaga neraka. Aku segera bersembunyi dalam
sudut kegelapan itu, berharap para penjaga itu tidak menemukanku. Entah
sampai kapan?
Kita
melenguh panjang dalam pelukan terhebat yang pernah kita rasakan. Jiwa
kita terbang mencapai langit yang dulu hanya menjadi angan untuk kita
tapaki. Lalu jatuh abruk menindih tubuh polosmu yang telah bersimbah
keringat. Nafas yang tiba-tiba cepat bergemuruh perlahan mencari
keseimbangan pada pijakan nada yang seimbang. Aku letih, demikian pula
dirimu. Ku kecup mesra kening itu, sambil mengucap kata cinta yang telah
ternoda hari ini. Kita begitu bahagia telah melepas semua, tanpa
tersadari betapa jiwaku telah memasuk ruang neraka dengan api yang
menyala-nyala, penuh dengan jarit teriak orang-orang yang kesakitan.
Memohon belas kasih, namun yang didapat ada rasa sakit yang berlebih.
Jiwaku terjebak dalam gelap dan keputus asaan.
Sementara
diri tak mampu lagi untuk menjauh dari nikmat-nikmat surga dunia.
Menggoda kita untuk kembali merasakannya hingga lelap mulai merambah.
Dan kaupun tertidur sambil memelukku. Kita sama sekali lupa akan hitam,
kita sama sekali lupa menjaga kesucian cinta, kita benar-benar kalah dan
terbuai. Kita yang telah masuk ke dalam jurang neraka yang dalam.
Seperti akan sulit untuk bisa keluar meraih cahaya seperti dulu.
post:awankening