ardiansyahardian.blogspot.com
fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia| fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|

Persetubuhan Menuju Neraka

Sesungguhnya aku tengah melangkahkan kaki ini mendekati pintu neraka, ketika menatap dirimu yang tengah tertunduk malu-malu, dan segenap perasaanku campur aduk. Ada rasa yang aku miliki, ingin menatap dirimu berlama-lama dalam kerinduan. Hingga tanpa sadar, mata ini telah menelanjangi dirimu yang telah sempurna mempercantik diri dalam busana yang sedikit melaburkan imajinasi ke segala arah.
Ada rasa yang seolah-olah mendorong diri untuk berbuat lebih dari sekedar menatap dirimu. Sungguh, hasrat diri atas cinta ini tidak bisa kumengerti apa inginnya atas pertemuan kita. Kemudian mencoba melepas pada pelukan erat yang begitu erat, tak ingin rasanya jauh-jauh lagi darimu. Tapi bau harum tubuhmu, semerbak wangi rambutmu.. menggiring langkah kaki tanpa aku sadari, yang kini telah berada di depan pintu neraka.
Mata kita bertemu pandang, seiring degub jantung yang semakin tidak beraturan. Dorongan hasrat yang tak tertahan mengarahkan wajah kita semakin mendekat satu sama lain. Bibir kita menyatu, sedikit mengecup untuk kemudian melumat. Dan tanganku terasa gemetar dalam bimbang memegang anak kunci pintu neraka. Ragu dan tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Hingga nafas kita semakin memburu penuh hasrat birahi. Dan kunci itu tepat pada pada lubangnya, kuputar dan.., Klek! Hilanglah sudah semua kesucian yang selama ini kita jaga.
Aku tarik wajahmu lebih mendekat agar aku semakin dalam melumat bibir manismu itu dengan lidah yang menari-nari. Kaupun tidak menolak, malah melakukan hal yang sama. Kita begitu menikmat getar-getar nikmat persetubuhan bibir itu, hingga desahan semakin berpacu. Pintu neraka kubuka perlahan, Gelap... Dan tanganku sibuk membuka satu persatu kancing baju dan celana kita.  Lalu melepasnya, melempar asal tanpa kuperdulikan kemana jatuhnya baju, celana dan semua pakaian dalam yang tadi kita kenakan.
Meragu langkah kaki ini saat memasuki Neraka yang gelap. Hanya terlihat kobaran api yang menyala-nyala dari kejauhan. Aku merebahkan tubuhmu yang kini polos tanpa busana. Tatap mata kita berubah sayu menahan birahi yang melonjak-lonjak kegirangan. Lalu ciumanku mulai berlari menyusuri setiap bagian tubuhmu yang mampu menghadirkan nikmat-nikmat dunia itu.
Panas kurasakan ketika memasuki neraka yang menyala-nyala itu, suara teriakan dan rintih kesakitan menggema ke segala arah. Tubuh sedikit gemetar antara takut dan ingin kembali. Tapi tubuh kita telah basah oleh keringat dan dengus nafas birahi. Kau mengerang, merintih, bergelinjang menikmati setiap sentuhan dan kecupan itu.Tubuhku sendiri gemetar ketika mencoba bertahan dalam keinginan yang sebenarnya tak tertahan. Aku miliki sepenuhnya dirimu kini, sebagaimana kamu telah memiliki diriku untuk mendekati dan memasuki pintu neraka itu.
Kini kita tidak sanggup lagi bertahan, keinginan terbesar untuk segera sampai pada puncak tertinggi kenikmatan birahi ini. Aku memasuki dirimu perlahan, kau merintih dalam kesakitan, ku lumat lagi bibirmu sekedar mengusir sakit demi nikmat berlebih yang akan kamu rasakan.
“Aaaaghh..!!” tubuhku tersungkur dalam lubang hitam yang menurun. Jatuh pada kegelapan yang benar-benar gelap. Teriakan itu bukan sekedar teriakan kesakitan, namun menjelma dalam jerit kesakitan dan juga ketakutan. Aku merasa ngeri mendengar semua itu.
Kita merintih setiap saat aku memasuki dirimu dengan pelan, nikmat menjalar keseluruh tubuh hingga sampai ujung kepalaku. Aah…! Pelukan tubuhmu semakin erat kita aku semakin mempercepat memacu hasrat agar segera sampai. Rintihan-rintihanmu semakin memacu diri untuk bisa mempersembahkan kenikmatan terbaik dalam hidupmu. Kita harus sampai bersamaan, sayang…
“Tolooooong…! Tolooooong…!’ ketakutan mulai menghinggapi diriku yang jatuh dalam lubang yang begitu dalam lagi gelap. Sepertinya sudah terlambat. Kini bukan hanya jeritan kesakitan yang aku dengar, tapi juga caci maki dan kemarahan para malaikat penjaga neraka. Aku segera bersembunyi dalam sudut kegelapan itu, berharap para penjaga itu tidak menemukanku. Entah sampai kapan?
Kita melenguh panjang dalam pelukan terhebat yang pernah kita rasakan. Jiwa kita terbang mencapai langit yang dulu hanya menjadi angan untuk kita tapaki. Lalu jatuh abruk menindih tubuh polosmu yang telah bersimbah keringat. Nafas yang tiba-tiba cepat bergemuruh perlahan mencari keseimbangan pada pijakan nada yang seimbang. Aku letih, demikian pula dirimu. Ku kecup mesra kening itu, sambil mengucap kata cinta yang telah ternoda hari ini. Kita begitu bahagia telah melepas semua, tanpa tersadari betapa jiwaku telah memasuk ruang neraka dengan api yang menyala-nyala, penuh dengan jarit teriak orang-orang yang kesakitan. Memohon belas kasih, namun yang didapat ada rasa sakit yang berlebih. Jiwaku terjebak dalam gelap dan keputus asaan.
Sementara diri tak mampu lagi untuk menjauh dari nikmat-nikmat surga dunia. Menggoda kita untuk kembali merasakannya hingga lelap mulai merambah. Dan kaupun tertidur sambil memelukku. Kita sama sekali lupa akan hitam, kita sama sekali lupa menjaga kesucian cinta, kita benar-benar kalah dan terbuai. Kita yang telah masuk ke dalam jurang neraka yang dalam. Seperti akan sulit untuk bisa keluar meraih cahaya seperti dulu.
 
 
 
 
post:awankening