Aku menatap langit, dan berduka sendiri atas jiwa ini.
Aku mencintai MU..
Tapi mungkin tidak dengan kesungguhan sikapku.
Dan aku pun merasa lelah untuk mengerti maksud dari semua yang terjadi.
Sesaat lalu aku melihat mereka yang mengerang ketika kehidupan mereka tertindas karena materi.
Aku mendengar teriakan marah tak berdaya ketika kebohongan menjadi kebenaran.
Aku mendengar ratap tangis berjuta-juta jiwa karena kehilangan.
Aku dan aku dengan apa yang aku dengar, dengan apa yang aku lihat dan kemudian aku rasa…
Lalu diam lagi menatap Mu, Langit dalam lelah tak mengerti….
Tapi, Engkau tundukan pandanganku pada cermin jiwaku.
Pada kehidupan lagi dengan mata lebih telanjang.
Dan yang aku temukan adalah wajah bodohku dalam cermin.
Yang aku lihat juga adalah kebodohan yang lebih lagi dari semua jiwa yang tertangkap dalam pandanganku…
Semua-semua, adalah karena kebodohan dan ketololan kita semata hanya demi memenuhi kekosongan dalam ruang hati.
Dengan materi, kekuasaan, kesombongan, keindahan, kebebasan, kemenangan.
Tapi
jauh sekali kita mengerti bahwasannya kekosongan itu sampai kapanpun
tak akan bisa terpenuhi meski yang tercinta ada disisi, meski
beribu-ribu kasih saying kita dapati.
Karena
sesungguhnya kekosongan itu adalah ruang udara bernama jiwa yang
terus-menerus mengiba kesadaran kita untuk bisa kembali.
Dalam
Naungan Cinta sesungguhnya yang hanya kita dapati ketika kita bisa
memejamkan mata dengan jiwa yang telah melepas dunia.. dan melayang
sampai kepada NYA…
post:awankening