Aku berlari, berlari sekuat tenagaku tanpa perduli lelah. Ketika aku merasa ada banyak yang hilang. Peluh membasahi sekujur tubuh dan wajah ini, bercampur dengan debu-debu yang beterbangan. Tapi aku tidak perduli, ketika aku merasa ada banyak yang hilang.
Aku berhenti di tepian sungai yang hitam dan berbau itu, nafasku terputus-putus dengan cepat, secepat detak jantung ini berpacu. Aku harus lari, pikirku. Aku tak boleh berhenti. Jangan sampai semua menjadi tak ada, setelah satu persatu semua itu hilang.
Waktu seolah mengejarku tanpa memberi aku sedikit waktu untuk sejenak berhenti. Sementara dengus nafas mereka semakin nyaring terdengar. Mendendangkan sebuah lagu, "Uang..! Uang..! Uang..!" Aku tak boleh berhenti meski mungkin aku akan jatuh terkapar dalam lelahku. Maju!. Ayo, maju dan bergeraklah! Tapi aku lelah…
Mereka tertawa, sedang aku menangis dalam rindu dan kehilangan. Mereka senang dengan kemenangan, sedangkan aku diam dalam duka dan airmata. Akankah semua berakhir disini? Aku bertanya kepada kesadaran jiwa dan nurani yang mati. Benarkah??
Lalu dimana hutanku yang dulu hijau? Dimanakah sungaiku yang dulu jernih? Dimana udara segar yang selalu senang aku hirup? Kemanakah perginya wajah-wajah ramah itu? Dimana lautku yang biru? Kemana perginya paman petani?
Satu persatu, Hilang!
Para bocah kecil itupun tak bisa berlarian dengan bebas dan ceria lagi. Tanah lapang itu berubah menjadi gedung-gedung tinggi. Hujan menjadi ketakutan banyak orang. Matahari selalu ada dalam makian. Air harus ditukar dengan Rupiah.
Satu persatu. Pergi!
Tidak kudengar lagi kicau burung dipagi hari. Tidak pernah kulihat lagi bocah-bocah itu memainkan permainanku yang dulu. Perayaan hari kemerdekaan yang tak lagi meriah. Hari raya tak pernah lagi sama. Sahabat-sahabatku berubah wajah. Dan Tuhan sepertinya hanya menjadi simbol. Sementara Agama menjadi bahan tertawaan dan celaan.
Satu persatu. Tersingkirkan.
Kesadaran dan hati nurani kita mati.
Aku
harus tetap berlari mengambil semua yang masih tersisa. Akan aku simpan
untuk bisa menjadi kenangan yang nyata. Bukan hanya sekedar
dongeng-cerita pengantar tidur sikecil.
Aku
harus tetap berlari meski letih. Tidak akan kubiarkan semua menjadi
tidak ada, setelah satu persatu hilang, aku ingin ketika si kecil
terjaga dari tidurnya, dia dapat melihat, menyentuh dan merasakan
semuanya itu adalah nyata, bukan imitasi.
Aku harus pergi dan terus berlari. Agar semua kerinduan ini terpenuhi. Meski aku letih…..
post:awankening