Dua studi terbaru menemukan bahwa dengan mempelajari gen yang bertanggung jawab dalam produksi sel sperma dapat menjadi kunci untuk memahami infertilitas dan bahkan dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan alat kontrasepsi baru pada pria.
Para peneliti mengidentifikasi satu gen tertentu, yang disebut Katnal1, yang sangat penting untuk pembentukan sperma. Gen ini diteliti pada tikus yang juga mempunyai kemiripan dengan manusia.
Tanpa protein yang dibuat dari gen Katnal1 ini, sperma tidak dapat matang di testis. Sehingga jika gen tersebut tidak mampu mematangkan sperma maka akan menghasilkan sperma yang tidak subur.
"Sangat sulit untuk mempelajari infertilitas berdasarkan sifat genetiknya karena orang yang infertil otomatis tidak memiliki anak, sehingga sulit untuk mendeteksi adanya penurunan sifat genetis dari silsilah keluarga," kata Lee Smith dari University of Edinburgh di Skotlandia, yang mempelajari infertilitas pria, seperti dilansir dari mnn, Jumat (1/6/2012).
Hasil penelitian mengenai hal ini diterbitkan tanggal 24 Mei 2012 di American Journal of Human Genetics.
Menurut peneliti hubungan antara genetik dengan infertilitas pada tikus tersebut dapat ditemukan pada manusia.
Sehingga jika telah dapat ditemukan obat untuk memanipulasi tingkat Katnal1 pada pria atau melakukan terapi gen secara permanen, hasilnya mungkin dapat bekerja sebagai kontrasepsi non hormonal.
"Identifikasi mutasi genetik yang terkait dengan infertilitas juga mempengaruhi sel pendukung dan bukan sperma saja. Penemuan ini dapat mengarah pada terapi gen untuk infertilitas pria," kata Smith.
Ilustrasi (dok: Thinkstock)
detikHealth.com