ika wanita yang telah menikah tidak kunjung hamil, ada banyak faktor
yang menjadi penyebabnya seperti alergi sperma, kualitas sel telur yang
rendah dan sperma yang tidak efektif. Dari sekitar 1 dari 10 pasangan
yang tidak subur, telah diperkirakan bahwa faktor pria saja yang
berkontribusi hingga 30 persen.
Meskipun pria menghasilkan jutaan
sperma sehari, tetapi sel sperma memerlukan waktu sekitar 75 hari untuk
tumbuh, sehingga kondisi sperma dapat mempangaruhi kesuburan Anda.
Faktor eksternal seperti suhu dapat mempengaruhi kesehatan sperma.
Berikut adalah 10 hal mengejutkan yang mempengaruhi sperma pria, seperti dilansir dari health, Selasa (22/5/2012) antara lain:
1. Suhu testis terlalu panas
Testis
manusia tidak dapat berfungsi dengan baik jika suhu testis lebih panas
atau sama dengan suhu tubuh Anda. Itulah mengapa anatomi pria dirancang
dengan menciptakan jarak antara testis dengan tubuh inti, yaitu agar
suhunya berbeda.
"Jika suhu testis dinaikkan hingga 98 derajat,
produksi sperma berhenti. Ketika testis terganggu, sperma dapat
mengalami dampak negatif selama berbulan-bulan," kata Hal Danzer, MD,
seorang spesialis kesuburan di Los Angeles.
2. Mandi air panas
Ada
kebenaran dalam mitos tentang mandi di kolam air panas dapat menghambat
kehamilan. Air panas tidak baik untuk testis, dan menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan pada tahun 2007, bahkan berendam di bak air
panas selama 30 menit saja dapat menurunkan produksi sperma.
"Paparan
air panas pada testis dapat berdampak terhadap sperma pria untuk waktu
yang sangat lama. Karena sperma memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh
dewasa. Eksposur terhadap air panas ini biasanya akan memakan waktu
setidaknya tiga sampai sembilan bulan untuk dapat berfungsi normal
kembali," kata Paul Shin, MD, seorang urolog di Washington, DC.
3. Demam Tinggi
Demam
tinggi dapat memiliki efek yang sama dengan mandi air panas bagi pria.
Menurut sebuah studi tahun 2003, konsentrasi produksi sperma bisa
menurun hingga 35 persen ketika pria menderita demam tinggi.
4. Penggunaan laptop
Menurut
peneliti di State University of New York di Stony Brook, ada korelasi
langsung antara penggunaan laptop pada posisi tertentu dengan
peningkatan suhu skrotum hingga 35 derajat.
Peningkatan suhu ini
memiliki efek yang merugikan pada spermatogenesis, proses pembentukan
gamet jantan. Jadi jika Anda berencana memiliki anak, gunakan laptop
dengan meletakkannya di meja.
5. Celana yang salah
Perbedaan antara penggunaan boxer dengan celana dalam biasanya tidak berpengaruh cukup besar dalam jumlah produksi sperma.
"Boxer
lebih baik dari celana dalam, jika jumlah produksi sperma seorang pria
rendah. Tapi mungkin pengaruhnya sangat kecil jika jumlah produksi
sperma normal, "kata Dr Danzer.
Namun, mengenakan celana dalam
yang terlalu ketat dalam jangka waktu yang lama merupakan ide yang
buruk. Celana pria yang terlalu ketat menimbulkan lingkungan yang kurang
ramah untuk produksi sperma.
6. Varicoceles, membesarnya varises pada skrotum
Sekitar
15 persen pria memiliki varicoceles, atau varises di skrotum yang
membesar, biasanya di testis kiri. Ketika produksi sperma rendah, dokter
mungkin merekomendasikan untuk perbaikan varikokel, prosedur untuk
memperbaiki varises dalam skrotum melalui pembedahan, embolisasi
perkutan atau prosedur non bedah menggunakan kateter.
Meskipun
tidak jelas, varikokel yang dapat mengganggu produksi sperma karena
mengganggu aliran darah, terlalu panas skrotum, atau menyebabkan darah
kembali di pembuluh darah memasok testis. Meskipun ada sedikit bukti
bahwa kesuburan membaik setelah embolisasi varikokel, beberapa dokter
percaya bedah dapat meningkatkan kualitas air mani.
7. Penggunaan ponsel
"Sebuah
studi tahun 2008 menemukan bahwa pria dengan penggunaan ponsel yang
tinggi yaitu lebih dari empat jam per hari, memiliki jumlah sperma,
motilitas dan morfologi yang lebih rendah," kata Dr Shin.
Dr.
Shin merekomendasikan kepada pria untuk menyimpan ponsel di dalam tas
kerja daripada kantong celana untuk membatasi paparan radiasi.
8. Obesitas
"Obesitas
telah dikaitkan dengan peningkatan produksi hormon estrogen, penurunan
jumlah sperma, disfungsi seksual, dan infertilitas," kata Daniel A.
Potter, MD, dari Huntington Reproductive Center di California.
Menurut
sebuah studi tahun 2009 oleh WHO, fungsi testis dan jumlah sperma pada
pria subur yang obesitas secara signifikan lebih rendah dibanding pria
dengan berat badan ideal.
Tetapi menurut sebuah studi lain di
tahun yang sama menyatakan bahwa meskipun obesitas mengurangi jumlah
sperma, hanya tingkat ekstrim obesitas yang berdampak negatif terhadap
kesehatan reproduksi laki-laki.
9. Gaya hidup yang tidak sehat
"Tembakau,
alkohol, dan ganja dapat merusak fungsi seksual," kata Dr Potter.
Menurut penelitian tahun 2010, konsumsi alkohol dapat mempengaruhi
kualitas semen dan produksi sperma, sementara kebiasaan merokok dapat
mengganggu motilitas sperma.
Selain memperlambat pergerakan
sperma, studi lainnya menunjukkan bahwa merokok dapat merusak DNA sperma
dan meningkatkan disfungsi ereksi.
10. Sperma yang bermasalah
Menurut
Dr. Potter, beberapa situasi fisiologis yang negatif dapat mempengaruhi
kondisi sperma seperti penyumbatan karena cacat lahir, infeksi, trauma,
atau vasektomi; gangguan genetik dan faktor lainnya, seperti
anti-antibodi sperma, ketidakseimbangan hormonal, kanker testis, testis
tidak turun, dan masalah seksual.
Linda Mayasari - detikHealth
Selasa, 22/05/2012 15:02 WIB