Ada satu titik, dimana kepasrahan menjadi jalan keluar. Membuang semua keinginan jauh dari hati. Meletakan dunia serta surga-neraka jauh dari tujuan. Maka kamu akan sampai pada satu perjamuan indah yang menyejukan. Cinta telah sampai pada kesejatian yang sebenarnya. Tanpa mengharap, hanya duduk bersimpuh dalam pandangan tertunduk. Mengucap sebaris kata, “Aku mencintai-Mu..” Berkali-kali.
Lalu
jatuh dalam tubuh yang berguncang menangis meraung, tanpa kuasa
menjabarkan keindahan rasa. Bersetubuh dalam hening malam dan sendiri,
dalam hujan airmata. Mengemis, mengiba dan meratap agar waktu berhenti
selamanya.”Jangan!.. Jangan lagi kau renggut apa yang susah payah aku
raih. Aku mohon!”
Tiada apa-apa, lalu menjadi tiada. Berubah wujud tanpa apa-apa. Membentuk diri tanpa arti apa-apa dalam tiada. Ini waktu miliku! Ini
pertemuanku dalam perjamuan milikku. Tidak ada siapa-siapa, tanpa
siapa-siapa, hanya lafadz yang sama yang aku ucapkan. Ah, aku tak kuasa
untuk menjatuhkan keningku dalam mengagungkan-Mu. Ini tidak cukup! Aku ingin bisa memeluk dalam hampa dunia ini. Aku ingin, karena semua ini tak cukup..
“Aku mendengar tangismu, maka resapi pertemuan Kita. Menangislah…. Karena cinta
itu berwujud dalam setiap tetes air yang jatuh dari rindu yang kau
punya. Dan Aku mendengar.. dan pasti terdengar meski ragu menyusup ke
dalam dadamu”
Dan lagi, tubuhku berguncang lebih hebat. Lolongan kesepian terpenuhi. Aku lepas tanpa mengharap jatuhnya airmata itu. Biar,
biar saja jatuh dengan sendiri. Aku yakin dia akan jatuh. Karena semua
tak akan mampu terjabarkan meski dalam diam dan hening. Sesak di dada
akan memecah keras yang selama ini kumiliki selama hidup. Hanya saat
ini, semua menjadi lebih berarti.
post:awankening