Aku
hanya menetap pada jasad ini, lalu pergi menjadi apapun yang aku
inginkan tanpa ada yang mampu menghalangi, kecuali rasa bosan. Yang
seketika mampu membunuh diriku dan meninggalkannya begitu saja dalam
keadaan masih meregang nyawa, sekarat, dalam kematian yang suri.
Aku
akan melolong seperti srigala malam saat kesepian, mengabarkan kepada
kegelapan bahwa aku datang. Hadir memenuhi hitam pekat yang diciptakan
dalam kehidupan. Lidahku terjulur dengan dengus nafas yang menciptakan
kabut dalam dingin malam. Sebab panas menjalar keseluruh tubuhku.
Atau
sekedar menjadi burung hantu yang begitu menikmati kegelapan itu
seorang diri. Bertengger di dahan pohon besar dengan pandangan mata yang
awas melihat ke sekeliling. Menyibak bulu-bulu saat dingin semakin tak
dapat ditahan. Lalu mengabarkan kepada iblis, setan dan jin-jin yang
bergentayangan bahwa aku ada dan menjadi bagian dari mereka.
Jika
marah mulai mengganggu, aku berlari menjadi hujan yang sebelum
kehadirannya, menghadirkan gelegar suara petir dan halilintar, bersama
awan gelap yang juga berisi angin topan. Kadang mampu
memporak-porandakan apa yang ada. Dan jika marah belum mereda, maka
hujan yang deras akan datang bersamaan dengan gelegar halilintar bersama
angin topan yang mengguncang kehidupan. Tapi sekiranya aku tidak
berkeinginan, hanya meraih gerimis yang perlahan-lahan jatuh dalam
tetesan kecil yang kemudian pecah.
Ketika
bimbang dan hampa tidak terelakan, aku berlari sebagai pohon cemara
yang pasrah diterpa hembusan angin. Lalu ikut menari kesana kemari,
mengikuti alunnya. Memejamkan ke dua mata ini, menikmati belaian lembut
di wajahku. Tanpa pernah ingin membawa kilasan peristiwa yang bisa
merusak suasana.
Jasad
ini akan hancur dihantam perjalanan waktu, merenta dan membusuk untuk
kemudian hilang sama sekali. Aku menetap disana kapanpun aku suka,
ketika kurasa aku bisa menikmati tinggal bersamanya. Jika tidak?
Aku
pergi menjadi merpati yang terbang bebas membelah angkasa, mencari
kilasan-kilasan masa lalu yang bisa menggugah hati kembali. Sekedarnya
saja, membangkitkan gejolak rasa pada hati yang kurasa mati.
Atau
menjadi jingga dalam senja yang sesaat menguasai langit, sebelum
akhirnya gelap datang mengusir pergi. Jingga yang menyamarkan antara
waktu-waktu hidup diantara hitam dan putih untuk merupa samar dalam
kelabu. Ketika semua orang begitu menghormati pergantian waktu. Aku
membias langit dengan senyuman yang paling kubisa, sekedarnya saja
mengisi kehidupan walaupun aku tahu diri yang tidak berarti ini.
Mata
ini akan segera merabun, otak yang selalu aku banggakan juga jatuh
melupa dalam pikun. Aku berada dalam jasad itu, selama aku merasa bisa
nyaman menjalani hidup bersamanya. Demi orang yang aku cinta. tapi
sekira tidak mungkin?
Aku
akan menjadi sungai yang mengalir mengikuti alurnya hingga sampai ke
laut. Membawa apa saja yang aku dapati sepanjang perjananku. Tidak
perduli sampah, racun ataupun bangkai yang pada akhirnya aku dapati. Aku
pasrah mengikuti arus yang tidak pernah berhenti. Hanya sesekali
berharap hujan masih sudah membantuku menyingkirkan semua kotoran yang
aku bawa. Atau paling tidak, membuat laju arus sungaiku menjadi lebih
deras. Atau jika tidak mampu bertahan dalam damai, menghadirkan murka
dengan banjir yang membuat panik semua orang. Paling tidak, bisa
sama-sama merasakan susah.
Menjadi
matahari, yang memberikan panas yang membakar tubuh setiap orang. Lalu
mereka marah. Memaki kehadiranku yang mereka anggap tidak bersahabat.
Terserah aku pikir. Aku bisa menjadi apapun yang aku mau, bukan yang
mereka mau. Sebab mereka juga tidak pernah bisa menjadi seperti apa yang
aku mau. Tapi menjadi apa yang mereka mau. Jadi??
Atau
menjadi bulan yang sedikit bersembunyi di balik awan yang melintas.
Memberi sedikit cahaya dalam romatisme percintaan sepasang kekasih yang
tengah dimabuk cinta, atau sekedar menjadi teman para pemuda yang merasa
gelisah di setiap gang-gang sempit, sambil memainkan gitar dan
menenggak habis berbotol-botol minuman beralkohol. Biar saja, aku hanya
ingin bisa tersenyum di sela persembunyianku. Lalu menyapa sepi para
penghuni kubur yang telah lama terlupakan.
Aku
masih menetap dalam jasad ini. dan sesaat lagi akan berlarian menjadi
apapun yang aku mau. Cukup memejamkan mata dan membuang semua gelisah
yang kurasa. Lalu jadilah aku! Meninggalkan jasad yang tergeletak tanpa
nyawa. Toh pada akhirnya nanti aku akan pulang. Sampai saat kepulanganku
yang sebenarnya. Ini hanya masalah menunggu! Lalu selama menunggu, aku
menjadi apa saja yang aku mau.
post:awankening