ardiansyahardian.blogspot.com
fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia| fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|fikahanifahmeutia|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|lubis family|

Cerita Vagina Dan Tamu-Tamu Asing

Malam telah datang, seperti malam-malam sebelumnya. Aku selalu mendengar sebuah percakapan dua manusia yang sesekali diselingi tawa kecil yang menggoda, dan kata rayuan. Sebuah percakapan bagai sebuah perniagaan dagang. Dan selanjutnya, seperti malam-malam sebelumnya. Aku mendengar suara derit pintu yang dibuka. Dimana percakapan itu berlanjut hanya dalam hitungan menit.

Malam semakin dingin, yang aku dengar kemudian adalah dengus nafas dalam helaan yang memacu kencang. Bak berlari ribua kilo namun tanpa rasa lelah. Dingin malam telah berubah menjadi panas yang aku rasakan. Kegelisahan diriku ada diantara lenguhan dan desahan. Semua terasa panas kini dimalam yang dingin.

Aku semakin gelisah dan bergetar menahan rangsangan yang hebat. Dan tiba-tiba aku dapat melihat suasana temaram kamar ini. Disaat aku tak lagi terlindungi. Aku mulai mengerti apa yang terjadi. Namun yang jadi pertanyaanku adalah siapakah yang akan datang mengunjungi ku malam ini? Entah apa yang terjadi, aku selalu saja bertemu dengan tamu yang tak kukenal setiap malam. Kadang semalam aku ditemui para tamu tak diundang itu lebih dari 3x.

Aku bertanya, dimanakah pasangan sejatiku berada. Sudah berbulan-bulan, hampir mendekati setahun lamanya dia tak juga datang menemui aku lagi. Dan yang selalu datang adalah mereka yang tak aku kenal sebelumnya. Aku merasa bersalah dan berdosa pada pasangan sejatiku. Merasa malu kepada Tuhan yang Maha Pencipta atas apa yang terjadi. Namun aku jauh dari memiliki kendali atas semua peristiwa ini. Aku hanya bisa bertanya dan bertanya tanpa aku dapati jawaban pasti.

Pasangan sejatiku adalah dia yang pertama kali telah berhasil melepaskan belenggu tanda kesucian diriku yang terjaga. Dialah yang hadir setelah sebuah kata sumpah janji di hadapan Tuhan terucapkan. Dialah yang datang dalam nuansa rasa yang aku rasakan penuh cinta. Dialah yang datang selalu dengan kelembutan dan salam penuh kasih. Dialah yang kini telah berbulan-bulan lamanya tak pernah lagi datang untuk bersua dengan ku.

Hei! Apa yang kamu lakukan?!” teriak ku tiba-tiba saat tamu itu memaksa masuk.
Diamlah kau!, aku sudah tak mampu menahan hasrat lagi. setelah sekian lama aku menahannya.”
"Tapi siapa kamu?! Datang dengan memaksakan diri dan berlaku kasar seperti ini! Aakh..!! Apa yang kamu lakukan?! Aduch, sakit! berhenti!..berhenti! Kamu hanya membuat luka diriku saja. Pergilah!"

"Diam kau! aku bilang diam!!.......Cuih!!..aaaaakh……cuh..cuh..hoek!.pfuh!!....aaaah.leganya…."

Aku diam dalam rasa sakit di sekujur kulit tubuhku. Sementara tamu itu diam dalam lelah dan rasa yang lepas. Perlahan dia menciutkan diri, pergi tanpa perduli. Inilah yang kadang selalu terjadi disetiap malam. Ketika aku belum mengenal siapa tamu itu. Dan aku belum merasa nyaman dengan suasana yang ada. Belum bersiap untuk menerima kedatangannya. Mereka dengan sikap arogan lagi kasar, memaksa masuk menemuiku.
Tuhan, apa yang terjadi?

Tak beberapa lama tamu itu pun pergi. Dan kemudian, aku hanya mendengar suara pintu gubuk ini kembali berderit. Dan lalu lagi, aku hanya mendengar isak tangis. Seperti malam-malam sebelumnya…

Namaku Va untuk Vagina… aku selalu bersembunyi dibalik celana dalam pemilikku, Musidah namanya. Seorang perempuan desa yang setahun lalu datang dari desa bersama suami tercinta ke Jakarta.

Aku Va untuk Vagina..dimana pasangan sejatiku adalah apa yang dimiliki suami tercinta dari Musidah pemilikku. Namun,musidah kini tak lagi seperti dulu. Karena aku tidak pernah lagi ditemui oleh pasangan sejatiku disetiap jumat malam. Entahlah kemana dia pergi, aku tak pernah mengerti kehidupan musidah. Namun yang aku sedikit ketahui, adalah Musidah kini hampir setiap malam menangis dan membuat aku merasakan sakit atas pemaksaan yang terjadi. Dari setiap tamu yang tak aku kenal itu datang.

Setiap malam kini, aku selalu mendengar musidah tertawa dengan gaya menggoda untuk berniaga. Musidah kini hidup sendiri di dalam gubuk reot pinggir rel kereta api. Dimana setiap malam di gubuk itu, aku selalu mendengar dengus nafas dari tamu yang berbeda. Dimana dosa telah terbuat, dimana setiap malam saat Musidah menangis, aku memohonkan ampunan kepada Sang Pencipta atas ketidak berdayaanku menjaga sumpahku kepada pasangan sejati.

Tak ada lagi malam sakral disetiap malam jumat seperti dulu, yang ada adalah setiap malam adalah malam yang sama. Dimana aku merasakan perih dan sakit, dan Musidah menangis.

Aku Va, untuk Vagina…dimana pemilikku kini telah berubah dari seorang perempuan desa yang polos menjadi perempuan yang penuh dosa. Dengan menjual aku satu-satunya milik dia yang masih bernilai rupiah. Musidah adalah perempuan desa yang menjadi pelacur. Yang ditinggal mati suaminya 10 bulan yang lalu. Suaminya terbunuh tak jauh dari tempat Musidah menjual diriku kepada tamu-tamu tak kukenal itu. Malam saat suaminya terbunuh itu, adalah malam saat pertama kali aku merasakan sakit yang teramat sangat untuk pertama kalinya. Dan untuk pertama kalinya juga, aku mengenal tamu tak di undang itu datang.

Aku Va, untuk Vagina..Dan Musidah adalah pemilikku.



post: awankening